Saturday, April 5, 2008

Senyum Dalam Bisunya

Hari itu aku bahagia, rencana-rencana yang kususun berjalan sempurna. Dan satu hal yang sangat kusadari hari itu, kebahagiaanku ternyata mengantarkan aku pada seorang Resti, gadis remaja kelas dua SMP yang kukenal didalam mobil angkutan umum (baca:angkot). Bukan hanya perkenalan itu yang membuatku terkesan, tapi lebih pada dialog yang kami lakukan.

Aku telah membuat janji dengan salah seorang teman, tempat pertemuan kami cukup jauh sehingga mengharuskan aku untuk bolak-balik naik-turun angkot. Ketika aku masuk dan duduk didalam angkot kedua mataku tertuju pada gadis remaja yang duduk di depanku, ia menyunggingkan senyum sangat manis kepadaku, setelah kuingat-ingat kembali menurutku itulah senyum termanis dari semua senyum yang pernah kudapatkan. Senyumannya sangat tulus, rona keluguanpun tampak jelas diwajahnya, aku sempat berpikir nyaris sempurna nilainya untuk sebuah senyuman.

Selanjutnya aku membalas senyumnya sekaligus menanyakan tujuan, namun aku sangat terkejut ketika dia hanya menggeleng dan menggerakkan tangannya yang mengisyaratkan dia tidak bisa berbicara dan mendengar. Kontan saja seketika aku merasa begitu kerdil, terkadang dengan semua nikmat kelengkapan fisik dan fungsi panca indera yang kumiliki
aku masih berat untuk menghadirkan senyum tulus kepada setiap orang yang kutemui, apalagi disaat
permasalahan terasa begitu membebani sepertinya tekukan di wajah justru bertambah. Alhasil bukan senyum tulus menyejukkan yang tampak, tapi justru wajah sangar yang mungkin menakutkan bagi setiap orang yang ditemui.

Aku memang tidak menguasai bahasa isyarat, namun keinginan untuk berdialog dengannya begitu kuat, maka kusodorkan sebuah pena dan secarik kertas yang kutuliskan kalimat "nama saya detik, nama kamu siapa?" dia menerima kertas dan pena pemberianku dan menuliskan sebaris nama diatasnya, ketika kertas sampai dihadapanku kueja huruf-huruf diatasnya yang tertulis Resti.

Untuk selanjutnya dengan alat bantu kertas dan pena dialog kami semakin panjang, mulai dari umur, tanggal lahir, hingga kondisi keluarganya, bahkan kami sempat bertukar alamat. Berharap suatu waktu ada kesempatan untuk saling mengunjungi. Disetiap jeda percakapan kami aku terus saja memikirkan lebih jauh tentang kehidupan gadis ini. Adakah dia merasa tertekan dengan cacat fisik yang dideritanya? kesulitan-kesulian apa saja yang dihadapinya saat ingin mengungkapkan perasaan dan keinginannya? Rasanya dunia yang jauh sekali dari yang kualami hingga saat ini. Pertanyaan-pertanyaan itu seketika terjawab olehku dengan melihat kepolosan wajah dan ketulusan senyumnya yang seolah mengatakan bahwa bagaimanapun hidupnya harus tetap disyukuri dan dijalani dengan ikhlas, bukankah Allah menjadikan hikmah dibalik setiap kejadian yang dialami hamba-Nya.

Dialog kami harus berakhir ketika angkot yang kutumpangi sudah memasuki kawasan tempat tinggal temanku, aku menuliskan terima kasihku serta betapa aku terkesan dengan perkenalan kami, dan sebaris kalimat terakhir yang dituliskannya adalah "nama kakak indah, cantik..., senang berkenalan dengan kakak…" kalimat itu membuatku bergumam dalam hati "namamu pun indah Resti..., seindah senyumanmu".


Angkot yang kutumpangi tiba di tempat tujuanku, aku berpamitan pada Resti sambil memberikan senyum terbaikku. Setelah aku turun dan menginjakkan kaki ditanah, pandanganku kembali kedalam angkot, dan sekilas sebelum kendaraan itu berlalu kulihat kembali senyum indah di wajah lugu itu.


~Medio Kebahagiaan Tanpa Sebab~




Saturday, January 12, 2008

WATCH OUT !!!; A Review About Crimes #1

Pernah mengalami tindak kriminalitas? Aksi kejahatan yang umumnya terjadi di masyarakat antara lain adalah pencurian, perampokan, penodongan, atau bahkan yang lebih mengerikan pembunuhan dan pemerkosaan. Di Indonesia meski terkenal dengan penduduknya yang ramah namun setiap harinya tidak pernah lepas dari kasus-kasus kriminal, bahkan sejumlah stasiun televisi cukup concern dengan penayangan perilaku kriminalitas di berbagai daerah setiap harinya. Merupakan gejala yang tidak aneh sebenarnya melihat keadaan Indonesia yang mengalami krisis multidimensi baik dibidang politik, ekonomi, sosial, hukum dan hankam tindak kejahatan justru semakin merajalela, karena faktor-faktor tersebut memang sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat di dalamnya.

Lantas apakah kita harus takut dan mengurung diri? Jelas saja tidak, karena itu justru akan menghambat aktivitas kita dan menyebabkan diri sendiri menjadi tidak produktif. Hal penting yang harus kita tanamkan saat berpergian atau keluar rumah adalah sikap waspada, akan lebih baik jika kita juga membekali diri dengan pendidikan self defense. Namun bukan berarti harus bersu’udzon dengan setiap orang yang ditemui, arti dari waspada yang dimaksud adalah lebih bersikap hati-hati untuk menghindari kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Suatu waktu kucoba untuk me review pengalaman-pengalamanku dengan tindak kejahatan, yang terkadang membuatku bergidik sendiri, namun dengan hal-hal yang pernah kualami tersebut justru membuatku semakin waspada dengan kejahatan di dalam maupun diluar rumah.

Kejahatan pertama yang kualami langsung terjadi saat aku kelas 1 SMU. Saat itu aku masuk sekolah pada siang hari, sehingga waktu pulang sekolahku yaitu pada sore hari pukul 18.00 wib. Jarak antara sekolah di Jakarta Timur dan rumah di Bekasi membuatku harus naik-turun angkot (angkutan umum) sebanyak tiga kali, belum lagi ditambah fakta tentang lalu lintas Jakarta yang tidak pernah absen dari kemacetan, alhasil perjalanan pulang sekolah aku jalani pada malam hari. Namun malam itu angkot yang kunaiki kebetulan sepi penumpang, di dalamnya hanya ada seorang ibu gemuk dengan kalung emas melingkar di lehernya duduk dibelakang supir, karyawati muda berkacamata dengan sejumlah kantong belanja yang duduk tepat di pinggir pintu, serta karyawan muda yang tampak letih duduk di pojok belakang tepat berhadapan denganku.

Angkot melaju kencang menuju ke arah perempatan Cawang, tiba-tiba di kawasan yang cukup sepi di sekitar kampus UKI naik sejumlah penumpang, saat aku hitung jumlahnya sekitar lima orang satu diantaranya adalah perempuan dan dia duduk di depan tepat disamping supir bersama seorang rekannya, kemudian tiga orang lagi duduk di belakang, satu di bangku cadangan dekat pintu, satu orang lagi disamping ibu gemuk dibelakang supir, dan satu orang sisanya duduk diantara aku dan karyawati muda berkacamata. Awalnya tidak ada yang mencurigakan hingga tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari bangku supir di depan, selanjutnya laki-laki dibangku cadangan dekat pintu mengeluarkan pisau lipat yang langsung ditodongkan ke leher ibu gemuk, begitu juga laki-laki di sebelahku menodongkan pisau ke arah karyawati muda, baru situ aku menyadari bahwa angkot itu sedang di bajak oleh sekelompok perampok, dan perempuan di samping supir bertugas mengancam supir angkot. Spontan aku langsung menjatuhkan uangku yang sedikit (karena pas-pasan untuk ongkos) ke bawah dan langsung menginjaknya dengan sepatuku sebelum akhirnya laki-laki di sampingku mengawasi aku dan karyawan muda di depanku.

Kejadian itu berlangsung sangat cepat, karena saat hampir memasuki daerah kalimalang, si supir berusaha menepikan angkotnya, dan seluruh perhiasan yang dipakai ibu gemuk tadi diambil secara paksa. Saat angkot menepi para perampok itu langsung melompat turun, sesaat sebelumnya salah seorang perampok berusaha merampas tas dan barang-barang bawaan si karyawati, dan perempuan itu berusaha mempertahankannya. Supir angkot langsung menginjak gas untuk melarikan angkotnya, sehingga kejadian itu dapat dielakkan, alhasil kami semua di dalamnya selamat, meski tangan karyawati tersebut sedikit berdarah terkena goresan pisau dan satu kantong belanjaannya akhirnya berhasil dirampas.

Nyawa kami akhirnya selamat, namun suasana ketegangan masih terasa di dalamnya. Angkot terus melaju dengan pembicaraan-pembicaraan seputar kejadian tadi antara supir angkot dan kami para penumpang. Sampai akhirnya tiba di Caman aku turun, tidak terpikir lagi olehku untuk naik angkot selanjutnya, aku langsung memanggil ojeg dan berpikir untuk secepatnya tiba di rumah.

Kejadian itu cukup membuatku shock untuk beberapa saat, maklum karena memang pengalaman pertama buatku, dan yang kurasakan sungguh berbeda sekali ketegangan saat mengalami kejadian ini secara langsung dengan ketegangan saat hanya menonton film-film action Hollywood.

Pelajaran yang kuambil selanjutnya adalah untuk tidak mengenakan perhiasan mencolok dan barang-barang yang berlebihan saat keluar rumah, aku beruntung saat itu aku mengenakan seragam sekolah, karena notabene “isi” kantong pelajar ketahuan minim sehingga luput dari sasaran, namun siapa yang tahu untuk masa-masa ke depan. Dan yang paling penting jangan lupa untuk selalu berdo’a keselamatan pada Allah SWT saat keluar dari rumah maupun saat dalam perjalanan.

…Medio Medan, diantara detik-detik kepulangan…

Thursday, January 10, 2008

Laa Taghdhob



Dari Abu Hurairah "Bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW : Berikan daku wasiat. Rasulullah bersabda : Janganlah engkau marah. Lelaki itu mengulangi persoalan itu beberapa kali. Rasulullah tetap bersabda : Janganlah engkau marah."
(H.R. Imam Bukhari)

Hadist diatas menerangkan bahwa betapa sifat marah harus dijauhi oleh setiap mukmin, karena kemarahan membawa banyak keburukan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Jangan marah berarti juga menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan dan itu juga berarti dapat menahan diri dari tuntutan melaksanakan ledakan amarah seperti memukul, memaki, mengamuk dan sebagainya. Rasulullah berpendapat bahwa marah itu seperti Jadam yang merusak manisnya madu karena amarah dapat merusak iman, sekuat apapun keimanan seseorang akan rusak ketika amarah datang.

AA Gym sendiri dalam konsep Manajemen Qolbunya membagi jenis marah dalam empat golongan, yaitu :

1. Orang yang lambat marahnya, lambat redanya, dan lambat bermusuhannya yang tergolong marah yang jelek

2. Orang yang cepat marah namun cepat juga redanya yang tergolong marah yang kurang bagus

3. Orang yang cepat marah dan lambat redanya yang tergolong marah paling jelek

4. Orang yang lambat marahnya dan cepat redanya, dan ini tergolong yang paling bagus

Maka akan sangat beruntung dan berbahagia orang-orang yang memiliki kesadaran untuk menahan amarah, hati akan lebih lapang dan otak akan lebih bisa berfikir rasional dengan tidak memperturutkan hawa nafsu dan mengedepankan emosi.

Tetapi tidak seratus persen amarah dilarang, karena amarah juga merupakan bagian dari karunia Allah SWT. Dengan adanya amarah kita mempertahankan hak saat kemungkaran terjadi, membela keluarga, membela agama, dan membela orang lemah. Sebagaimana Rasulullah menempatkan amarahnya pada saat dan alasan yang tepat, yakni pada saat pembagian harta setelah perang Hunaim berakhir. Kaum anshor menyebut Rasul tidak adil. Rasul marah dan berkata: "Jika Allah dan rasulnya tidak adil maka siapa lagi yang adil. Marahnya Rasul singkat, punya makna, mendalam dan tidak meyakiti siapapun tapi membangkitkan kesadaran. Yang paling penting kalau kita marah orang bisa berubah menjadi lebih baik, tanpa terluka dan tanpa kita berperilaku dzalim. Demikianlah marah yang didorong keinginan untuk membela kebenaran karena Allah SWT dengan cara hikmah dan batas yang dibenarkan.

Jadi bagaimanakah menahan amarah? Amarah bisa ditahan dengan cara berdo’a dengan tujuan memohon bimbingan Allah SWT, membiasakan diri dengan dzikrullah (Membaca Al-Qur’an, Tasbih, Istghfar, dll), mengambil wudhu, serta meninggalkan tempat yang menimbulkan kemarahan kita sembari mengistirahatkan tubuh dan pikiran dari kepenatan , selanjutnya bertaubatlah kepada Allah SWT . Seseorang yang berani dan gagah perkasa adalah orang yang bukan hanya mampu beradu tenaga tetapi juga mampu untuk menahan amarahnya

Referensi :

- Imam Nawawi, Hadist 40, http://www.geocities .com/bahantarbiyyah

- K.H. Abdullah Gymnastiar, Manajemen Qalbu, UGLY, januari 2002

- Memori Pengalaman Pribadi